Mekanisme Pertahanan
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Kategori mekanisme pertahanan :
Tingkat 1 Pertahanan Mekanisme
a.Denial : Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
b. Distorsi : Sebuah usaha pembentukan kembali realitas eksternal untuk memenuhi kebutuhan internal
c. Delusional proyeksi
Tingkat 2 Pertahanan Mekanisme
Mekanisme ini sering hadir pada orang dewasa dan lebih umum hadir dalam remaja. Mekanisme ini mengurangi tekanan dan kecemasan yang dipicu oleh kenyataan tidak nyaman. Orang-orang yang menggunakan pertahananan ini secara berlebihan sering terlihat dalam depresi berat dan gangguan kepribadian. Ini termasuk :
a. Fantasi : dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.
B .Projection : individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.
c. Somatization : Transformasi perasaan negatif terhadap orang lain ke dalam perasaan negatif terhadap diri sendiri, rasa sakit, penyakit, dan kecemasan.
d. Pasif agresi : Agresi terhadap orang lain yang dinyatakan secara tidak langsung atau secara pasif
e. idealisasi : Tanpa sadar memilih untuk melihat orang lain memiliki kualitas yang lebih positif daripada dia miliki.
Tingkat 3 Pertahanan Mekanisme
Mekanisme ini dianggap neurotik, tetapi cukup sering terjadi pada orang dewasa. Seperti pertahanan memiliki keuntungan jangka pendek dalam mengatasi, tetapi dapat menimbulkan masalah jangka panjang dalam hubungan, pekerjaan dan menikmati hidup bila digunakan sebagai salah satu gaya utama menghadapi dunia.
Ini termasuk:
a.Projection : individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.
b. disosiasi : Membagi dua sekelompok pikiran atau kegiatan dari bagian utama kesadaran .
c. intelektualisasi : Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
d. Reaction formation : Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan
e.Repression : Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, tekanan, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Mereka menekan perasaan dan memori yang tidak menyenangkan tersebut kea lam bawah sadar dan mencegah agar tidak keluar kea lam sadar
f. Regression : Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian
g. Rasionalisasi : Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.
Tingkat 4 Pertahanan Mekanisme
Ini biasanya ditemukan di antara orang dewasa yang sehat secara emosional dan dianggap dewasa, meskipun banyak memiliki asal-usul mereka dalam tahap perkembangan dewasa. Mereka telah diadaptasikan selama bertahun-tahun dalam rangka untuk mengoptimalkan kesuksesan dalam hidup dan hubungan. Penggunaan pertahanan ini meningkatkan kesenangan dan perasaan kontrol. Pertahanan ini membantu kita mengintegrasikan emosi dan pikiran yang saling bertentangan, sementara masih tersisa efektif. Mereka yang menggunakan mekanisme ini biasanya dianggap saleh.
Mereka termasuk:
1.Altruisme: Konstruktif pelayanan kepada orang lain yang membawa kesenan gan dan kepuasan pribadi
2.Antisipasi: perencanaan untuk masa depan yang realistis ketidaknyamanan
3.Humor: ekspresi nyata ide-ide dan perasaan (terutama yang tidak menyenangkan untuk fokus pada atau terlalu mengerikan untuk dibicarakan) yang mem berikan kesenangan kepada orang lainIdentifikasi: modeling tak sadar diri seseorang pada orang lain karakter dan perilaku.
4.Introjeksi: Mengidentifikasi dengan beberapa ide atau objek begitu dalam sehing ga menjadi bagian dari orang itu.
5.Sublimasi: Transformasi emosi negatif atau naluri ke tindakan positif, per laku, atau emosi.
6.Penindasan: proses sadar mendorong pemikiran ke prasadar; keputusan sadar untuk menunda memperhatikan emosi atau kebutuhan untuk menghadapi realitas masa kini; sehingga memungkinkan untuk kemudian mengakses emosi tidak nyaman atau menyedihkan ketika menerima mereka.
7.Supresi : Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)